Monday, May 12, 2008

Pertempuran Seru Partai Pendukung Calon Gubernur Jateng

Mei 2, 2008 at 1:47 pm (Artikelku)
Belajar dari kekalahan di Jabar dan Sumut. Itu yang dilakukan parpol besar macam Golkar dan PDI-P. Mereka tak ingin keseleo lagi. Pilkada Jateng, 22 Juni, pun dihadapi dengan persiapan yang lebih matang.

Golkar dan PDI-P sama-sama mancanangkan target tinggi di Pilkada Jawa Tengah. Mereka membidik kemenangan untuk membuktikan kredibilitasnya sebagai parpol besar sekaligus menjaga komposisi kekuatan menuju Pemilu Pilpres 2009.
Bambang Sadono, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Tengah yang juga calon Gubernur Jateng 2008, yakin kekalahan di Pilgub Jawa Barat dan Sumatera Utara tidak terulang di Pilgub Jateng.
Bambang mengatakan, hasil pemilihan di Jabar dan Sumut menunjukkan bahwa rakyat memiliki logika sendiri dalam menentukan kepala daerah.
Selama dua tahun mempersiapkan diri maju ke arena Pilgub Jateng, Bambang berusaha melakukan pendekatan dengan logika yang ada di masyarakat, bukan berdasarkan teori seperti di Pilgub Jabar dan Sumut.
“Saya memahami (masalah) itu karenanya sering turun ke tengah kehidupan masyarakat dan mendengar aspirasi mereka,” kata Bambang. Di Pilkada Jateng nanti, ia menggandeng Ketua PWNU Jateng Muhammad Adnan.
Sebelumnya, memang muncul teori bahwa pejabat lama (incumbent) punyai peluang besar dibandingkan calon lain. Tapi, Pilkada Jabar menunjukkan fakta berbeda: pejabat lama dikalahkan pendatang baru.
Teori lain menyebutkan, hanya kandidat berkocek tebal yang bisa memenangi Pilgub. Nyatanya, duet Hade (Ahmad Heryawan-Dede Yusuf) yang hanya punya dana kampanye hanya ratusan juta rupiah, malah keluar sebagai pemenang.
Aksi turun ke bawah menjumpai langsung masyarakat dan terus menguatkan jaringan selama dua tahun ini, menurut Bambang, memberi makna positif bagi dirinya. Dan, itu terlihat dari hasil survei lembaga independen.
Hasil survei itu menunjukkan dirinya bukan saja menangguk popularitas paling tinggi dibandingkan calon dan tokoh lain, melainkan juga memperoleh dukungan paling tinggi di antara Cagub lainnya.
Ketua Umum Partai Golkar M Jusuf Kalla mengatakan, kekalahan Golkar di Pilgub Jabar dan Sumut memang harus dievaluasi seluruh kader partai berlambang pohon beringin ini. Apalagi, dua provinsi ini termasuk lumbung suara Golkar.
Karena itu, meski pasangan Bambang-Adnan hanya didukung satu partai dengan 17 kursi di DPRD Jateng, Bambang tetap yakin menang.
Selain Bambang-Adnan, pasangan lain yang maju adalah Bibit Waluyo-Rustriningsih (PDIP, 31 kursi DPRD Jateng), Agus Soeyitno-Kholiq Arief (PKB, 15 kursi), Muhammad Tamzil-Abdul Rozaq Rais (PPP-PAN, 20 kursi), dan Sukawi Sutarip-Sudharto (Partai Demokrat-PKS, 17 kursi).
Bagaimana PDI-P? Partai ini juga optimistis bisa memenangkan calonnya di Pilkada Jateng. Apalagi, Jateng dijadikan salah satu barometer PDI-P untuk memenangkan Pemilu Pilpres 2009.
Hal itu dikatakan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani di hadapan ribuan kader parpol berlambang banteng moncong putih itu dalam acara sosialisasi pemenangan pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih di Pilkada Jateng.
Puan mengatakan, partainya optimitis memenangkan Pilkada Jateng karena wilayah ini merupakan salah satu pundi-pundi suara PDI-P.
“Kami optimistis karena pada 2004 PDI-P juga memenangi Pemilu di Jateng dengan perolehan 31% suara. Kami berharap di Pilkada tahun ini mampu mendapatkan 30-40% suara,” kata Puan.
Lalu, bagaimana pula PKS yang sukses di Pilkada Jabar dan Sumut? Yang pasti, figur yang diusung PKS untuk Pilkada Jateng jauh berbeda dibandingkan jago mereka di Pilkada Jabar.
“PKS bisa saja sukses mengantarkan jagonya di Pilgub Jabar dan Sumut. Tapi, untuk Pilkada Jateng, calon yang ditawarkan punya pencitraan kurang baik,” kata analis politik Undip Semarang Dr Adi Nugroho.
Partai Demokrat bersama PKS, yang masing-masing punya 10 kursi dan tujuh kursi di DPRD Jateng, mengusung Sukawi Sutarip-Sudharto. Sukawi adalah Walikota Semarang dan Ketua Partai Demokrat Jateng. Sudharto adalah anggota DPD dan Ketua PGRI Jateng.
Sukawi belakangan sering muncul di media massa dengan pencitraan negatif karena diduga terlibat korupsi. Sosok Sudharto juga tidak bakal mampu mendulang suara secara masif seperti Dede Yusuf yang popularitasnya melampaui berbagai sekat.
Pencalonan Sukawi memang bukan tanpa protes di internal PKS, termasuk organisasi sayap Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Semarang yang getol mempersoalkan kredibilitas Sukawi. [Habis/I3]
diadaptasi dari http://www.inilah.com/berita.php?id=24212