Tuesday, May 13, 2008

Bahasaku: Kecemburuan Ayat-Ayat Cinta

Bahasaku: Kecemburuan Ayat-Ayat Cinta

Bukan sekedar Poligami yang ditampilkan di dalam Ayat-ayat cinta, coba baca novelya di sana ada nilai yang selama ini sudah dilupakan banyak orang, keikhlasan, baik Fahri, Aisha maupun Maria sama-sama memerankan orang-orang yang dipenuhi keikhlasan. Mengapa Islam bisa hebat juga karena nilai keikhlasan ini begitu tinggi di kalangan sahabat, Indonesia akan bisa jaya jika Negara ini dipimpin oleh orang-orang yang tulus dan ikhlas. Tokoh hebat seperi Jabir Al Hayyan, Penemu Kimia, Al Khawarizmi Penemu angka arab dan angka nol pengemuka algoritma rumus-rumus untuk program komputer. Lalu Al Kindi ahli perbintangan, Ibn Rusyd designer pertama kali dan pendiri rumah sakit, Ibn Shina pngemuka ilmu metafisika, mereka tidak pernah membuat hak cipta untuk karya-karyanya karena mereka tulus ikhlas membaktikan keilmuannya demi kemanusiaan, bayangkan jika mereka membuat hak cipta untuk karyanya, kini anak cucu mereka menjadi kaya raya dari royalti yang diwariskan mereka.
Bandingkan dengan orang-orang sekarang, membuat buku kecil saja sudah membuat hak cipta, royalti mengalir ke kantong mereka, di mana nilai keikhlasannya?.

Monday, May 12, 2008

Cara Cepat Kaya


Labels:

Multi Media dalam Pembelajaran

1. Fungsi Media Pembelajaran.
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Raharjo (1991) menyimpulkan beberapa pandangan tentang media, yaitu Gagne yang menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.” Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, yang mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung materi instruksional. Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik
Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian media dan alat peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara bergantian untuk menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable). Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggungjawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain. Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut sumber atau hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
memotivasi belajar pesertaÞ didikmemperjelas informasi/pesan pengajaranÞmemberi tekanan padaÞ bagian-bagian yang pentingmemberi variasi pengajaranÞmemperjelasÞ struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.
2. Kemampuan media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran
Rahardjo (1991) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar diketahui bahwa hakekat belajar adalah interaksi antara peserta didik yang belajar dengan sumber-sumber belajar di sekitarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku belajar dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi jelas, dsb. Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, teknik dan lingkungan. Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti sikap, pandangan hidup, perasaan senang dan tidak senang, kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta didik. Bila peserta didik apatis, tidak senang, atau menganggap buang waktu maka sulit untuk mengalami proses belajar.
Faktor eksternal merupakan rangsangan dari luar diri peserta didik melalui indera yang dimilikinya, terutama pendengaran dan penglihatan. Media pembelajaran sebagai faktor eksternal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya proses belajar. Contohnya, (a) menghadirkan obyek langka: koleksi mata uang kuno, (b) konsep yang abstrak menjadi konkrit: pasar, bursa, (c) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak: siaran radio atau televisi pendidikan, (d) menyajikan ulangan informasi secara benar dan taat asas tanpa pernah jemu: buku teks, modul, program video atau film pendidikan,. (e) memberikan suasana belajar yang santai, menarik, dan mengurangi formalitas.
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale” dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as you can for the most efficient learning”).
Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami suatu pengertian. Sebuah pemeo mengatakan bahwa sebuah gambar “berbicara“ seribu kali dari yang dibicarakan melalui kata-kata (a picture is worth a thousand words). Hal ini tidaklah berlebihan karena sebuah durian “monthong” atau gambarnya akan lebih menjelaskan barangnya (atau pengertiannya) daripada definisi atau penjelasan dengan seribu kata kepada orang yang belum pernah mengenalnya. Salah satu dari sarana visual yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar tersebut adalah OHT atau “overhead transparency.“ Sarana visual seperti OHT ini bila digarap dengan baik dan benar. Di samping dapat mempermudah pemahaman konsep dan daya serap belajar siswa, juga membantu pengajar untuk menyajikan materi secara terarah, bersistem dan menarik sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Inilah manfaat yang harus dioptimalkan dalam pembuatan rancangan media seperti OHT ini.
3. Jenis-jenis media
Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim tersebut media instruksional dan bersifat “self Contained”, maknanya: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan serta umpanbalik yang diperlakukan telah diprogramkan secara terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serba neka.1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu.
3. Media Audio-visuala. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara , buku dan suara. b. Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara.
4. Media Serba aneka :
a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetic, white board, mesin pangganda.
b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi, pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.e. Belajar terprogram f. Komputer
Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya :Papan tulis /Ø whiteboardTransparansi (OHT)ØBahan cetak ( buku, modul, handoutØ )Media yang memerlukan keahlian khusus :Program audioØ visualProgram slide, Microsoft PowerpointØProgram internetØ
Yang tergantung hadirnya guru misalnya :Papan tulis / whiteboardØTansparansiØ (OHT )Sedangkan yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya :UmumnyaØ media rekamBahan belajar mandiriØ(dapat dipelajari tanpa guru/ pengajar )
Pemilihan MediaTiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri. Artinya mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain . Sifat-sifat yang biasanya dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah :Jangkauan:Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual misalnya buku teks, modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan program computer). Jenis yang lain lebih sesuai untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT, Slide, Film) dan juga program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai untuk pengajaran massal , misalnya program siaran ( radio, televisi, dan konferensi jarak jauh dengan audio).Keluwesan :Dari segi keluwesan, media ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana , digunakan kapan saja, dan oleh siapa saja, misalnya media cetak seperti buku teks , modul , diktat , dll.Ketergantungan Media :Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau hadirnya seorang penyaji/guru.Kendali / control :Kadang-kadang dirasa perlu agar control belajar ada pada peserta didik sendiri ( pelajar individu), pada guru ( pelajaran klasikal ) , atau peralatan.Atribut :Penggunaan media juga dapat dirasakan pada kemampuanya memberikan rangsangan suara, visual, warna maupun gerak.Biaya :Alasan lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya pengadaan atau pembuatanya .Media transparansi (OHT ) adalah sarana visual berupa huruf , lambang, gambar, grafis maupun gabungannya yang dibuat pada bahan tembus pandang atau transparan untuk diproyeksikan pada sebuah layar atau dinding dengan menggunakan alat yang disebut “overhead projector “ atau OHP. Sebagaimana halnya dengan semua jenis media proyeksi , OHT mempunyai kemampuan untuk membesarkan bayanganya di layar atau didinding sejauh kekuatan lensa dan sinar proyeksinya dapat mendukung . Oleh sebab itu , OHT sangat sesuai untuk kegiatan seminar, lokakarya, pengajaran maupun latihan yang melibatkan kelompok sasaran yang cukup besarnya sampai efektif 60 orang. Selebihnya mungkin perlu ditunjang dengan sarana “sound system“ yang memadai karena keterbatasan jangkauan suara pengajar. Untuk dapat menggarap maupun memanfaatkan media ini sebaiknya kita harus mengenal karakteristiksnya. Media OHT mempunyai kelebihan- kelebihan dan kelemahan- kelemahan yang harus diperhitungkan dalam perencanaannya.
Dampak perubahan media komunikasi pada media pembelajaranNasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada abad ke lima belas tentang buku yang ditulis yang melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan fotografi mempercepat cara illustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat dalam “slow motion“ apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti . Rekaman memungkinkan kita mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes terkenal. Radio dan televisi menambah dimensi baru kepada media komunikasi . Video recorder memungkinkan kita merekam program TV yang dapat kita lihat kembali semua kita. Kemampuan membuat kertas secara masinal membawa revolusi dalam media komunikasi dengan penerbitan surat kabar dan majalah dalam jumlah jutaan rupiah tiap hari . Komputer membuka kesempatan yang tak terbatas untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu diperlukan .Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu bagi pendidikan. Buku sampai sekarang masih memegang peranan yang penting sekali dan mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu yang lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan di-komputer-kan .Memang kemampuan komputer sungguh luar biasa . Dalam sehelai nikel seluas 20 x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan yang terdiri atas 20.000 jilid . Namun ramalan bahwa seluruh kurikulum akan di-komputer-kan dalam waktu dekat rasanya masih terlampau optimis . Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1913 telah diramalkan bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui pendengaran akan tetapi melalui penglihatan. Namun tak dapat disangkal faedah berbagai media komunikasi bagi pendidikan.Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada zaman modern ini diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui televisi, jadi melalui media massa. Cara-cara untuk menyampaikan sesuatu melalui TV misalnya yang disajikan dengan bantuan para ahli media massa jauh lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kelas .Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual aids“ pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru dalam mengajar, sebagai ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila dikehendakinya. Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “ programmed instruction“ atau pengajaran berprograma. Dengan alat ini anak dapat belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar beprograma mempunyai pengaruh yang besar sekali pada perkembangan teknologi pebdidikan. Di Ameriks Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar itu.Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer, dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia. Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan resource-based learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan sumber lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber, diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. (2) BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri sendiri dalam belajar .Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang dapat mempermudah dan merperindah tampiran presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk program Microsoft Power Point yang merupakan salah satu dari paket Microsoft office. Pogram ini menyediakan banyak fasilitas untuk membuat suatu presentasi. (Brs)

Labels:

Filsafat Pendidikan Islam

Maret 4, 2008 at 6:48 am (Filsafat Pendidikan Islam)
A. Pendahuluan
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya. 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal. 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsumg yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda . Semua soal tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme. Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya. B. Pengertian Filsafat pendidikan Islam Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan. Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)” Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan : 1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT. 2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam. 3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan. Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia : 1) Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya. 2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya. 3) Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya. C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan. D. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam Prof. Mohammad Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu : 1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. 2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus. 3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya. 4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. 5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan. E. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut : Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan. Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink. Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah. Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena. F. Penutup. Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam. Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten. Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan. Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990. Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000 Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984. Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983. Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
& Komentar

Peluang Rustri Menjadi Wakil Gubernur

April 2, 2008 at 5:42 am (Artikelku)
Pada pemilihan gubernur tahun ini, Rustri maju sebagai calon wakil gubernur berpasangan dengan Bibit Waluyo sebagai gubernur, seorang pentolan TNI Jawa Tengah, Rustriningsih Bupati Kebumen didukung oleh PDIP dan Bibit dari TNI, pasangan yang klop, tetapi apakah Bibit punya suara di tingkat grass root?, kalau Rustri mungkin menang di Kebumen, terbukti tahun 2006 itu Rustri memenangi 75% dari total suara pemilih di Kabupaten Kebumen. Tetapi apakah Bibit layak jual? TNI terpecah suaranya menjadi dua Agus & Abdul Kholiq, dan Bibit & Rustri, artinya pasangan ini hanya akan benar-benar mengandalkan suara dari PDIP.
Rustriningsih memang ‘anak emas’ Megawati, maka seluruh suara PDIP Jawa Tengah yang loyal akan menjadi pendukung Rustriningsih tetapi yang membenci Bibit tentu saja akan lari.Berapa persen kemungkinan Bibit dan Rustri memenangi pilgub ini? Menurut statistik pemilu tahun 2004, PDIP Jawa Tengah meraih suara terbanyak sebagaimana ditulis Suaramerdeka 16 Februari 2004.Jateng-1 merupakan DP dengan jumlah penduduk dan jumlah pemilih yang paling banyak dibandingkan dengan DP-DP lainnya di Jawa Tengah. Dari 3.370.596 orang penduduk, 2.410.324 jiwa di antaranya mempunyai hak pilih. Artinya, 71,5 persen penduduk di empat kota/kabupaten itu berhak memilih dalam pemilu mendatang.Dalam Pemilu 1999, unggul di empat kabupaten/kota yang sekarang tergabung dalam Jateng-1. Semua daerah dimenangi dengan mutlak, kecuali di Kendal di mana PKB yang mendukung Agus & Abdul Kholiq memberi ”perlawanan” sengit. PPP pun memperoleh suara yang lumayan, meski hanya berada di urutan ketiga.Untuk pemilihan ini , bekal suara Bibit & Rustri dan Agus & Abdul Kholiq bersaing ketat dalam perolehan suara 2008. Nanti. Dalam hal ini Bibit & Rustri meraih 156.825 suara, sedangkan Agus & Abdul Kholiq 135.531 suara. PPP, Partai Golkar yang mendukung Bambang & Adnan, dan PAN hanya bersaing di posisi berikutnya, masing-masing meraih 66.631, 47.337, dan 32.873 suara.Komposisi ini tidak banyak berbeda untuk pemilihan anggota DPRD Provinsi. Tetapi jika suara partai-partai Islam disatukan, maka kekuatan nasionalis seperti PDIP (Bibit & Rustri) dan Golkar (Bambang & Adnan) akan kalah meskipun Adnan dimaksudkan sebagai peraup suara dari kelompok Nahdliyin. Kendal memang menjadi representasi kawasan pesisir Jawa yang dikenal sebagai wilayah santri. Ini juga terlihat di Kota Pekalongan, Jepara, dan Demak. Bibit & Rustri nampaknya tidak terlalu berharap suara dari mayoritas dari kabupaten-kabupaten ini, karena di saya akan diperebutkan oleh Bambang & Adnan dan Agus & Abdul Kholik.
Kaum Nasionalis
Mestinya Kota Semarang juga mempunyai gambaran serupa. Tetapi sebagai kota dagang dan industri, citra kesantrian kota ini berangsur-angsur menyurut. Tidak heran apabila kota ini sejak dulu didominasi kaum nasionalis, kecuali pada pemilu Orde Baru (1971-1997) yang dimenangi Golkar partai bekal Bambang & Adnan secara mutlak.Pemilu 1999-2004 memang tak bisa dijadikan acuan untuk menggambarkan peta politik sesungguhnya. Hegemoni rezim Orde Baru, yang menancap kuat ke akar rumput, memunculkan kesadaran berpolitik yang semu. Tidak heran begitu rezim ini ”gulung tikar”, banyak birokrat yang kembali ke PDI-P, yang waktu itu masih dianggap paling pantas mewakili kelompok nasionalis.Di Jawa Tengah, kaum nasionalis memang sangat populer di kalangan priyayi dan abangan (Herbeth Feith, 1971). Julukan priyayi lebih melekat pada sejumlah elite (bangsawan, pejabat, dan pengusaha). Jumlahnya memang tak sebanyak kaum abangan, yaitu orang-orang Islam muslim yang cara beribadat dan wawasan keagamaannya belum begitu benar.Hal itu terjadi karena pengaruh tradisi Hindu-Jawa, yang dianut masyarakat sebelum kehadiran Islam, tidak mudah dihilangkan. Mereka kebanyakan berada di pedesaan atau kawasan pedalaman lainnya, dan jumlahnya sangat banyak. Itu sebabnya, daerah-daerah seperti Kabupaten Semarang dan Salatiga lebih dikuasasi oleh kaum nasionalis.Di Kabupaten Semarang, Bibit & Rustri sepertinya akan melenggang sendirian. Karena pada pemilu 1999, partai ini meraih kursi terbanyak (15) di DPRD Kabupaten. Bambang & Adnan dan PPP tujuh kursi, Agus & Abdul Kholiq dengan modal enam 6 kursi, PAN (3 kursi), PKP dan Partai Keadilan masing-masing satu kursi. Jumlah pemilih yang terdaftar sebanyak 880.880 jiwa
Basis massa PPP di Beringin, Pabelan, Ambarawa, Subah, dan Bawen akan terpecah menjadi banyak. Karena PPP sendiritidak punya calon yang representative. Agus & Abdul Kholiq juga optimis partainya bisa memperoleh tambahan suara yang signifikan. Kalau tahun 2004 hanya mendapat 15 kursi, mereka kini menargerkan menang. ”Kami yakin terpenuhi, sebab pengemblengan kader terus digenjot,” katanya.Tak mau ketinggalan, Rustri juga yakin partainya kembali memenangi pemilu gubernur ini. Tetapi soal perolehan suara dan target kursi, Bibit & Rustri tak mau takabur.Persaingan Bibit & Rustri dan Bambang & Adnan juga bakal terjadi di Salatiga. Keduanya menurut analisis menempati dua peringkat teratas dalam Pemilu 1999. Kalau lima tahun lalu Golkar partaninya Bambang & Adnan hanya meraih lima kursi untuk DPRD Kota, kali ini mereka mencanangkan menang.”Dari empat DP yang ada, Sidorejo ditarget menyumbangkan tiga kali lipat suara saat pemilu 2004. Sebab jumlah pemilih dari DP Sidorejo paling banyak dibandingkan tiga DP lainnya,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Bambang & Adnan Salatiga,.
Pertempuran Besar
Akumulasi pada keempat daerah itu, barangkali, tetap memunculkan Bibit & Rustri sebagai pemenang Pemilu 2004. Persoalannya, seberapa besarkah keunggulan Bibit & Rustri daripada partai-partai pesaing? Semarang, dengan aset pemilih yang terbanyak (1.023.149 jiwa), bakal menjadi ladang pertempuran besar antara PDI-P (Rustri, Bibit), Golkar (Bambang & Adnan), PAN, PPP, dan PKB (Agus & Abdul Kholiq).Pengamat politik dari Undip, Arief Hidayat SH MHum, memprediksi hasil Pemilu 2008, khususnya di Kota Semarang, tidak jauh berbeda dari pemilu sebelumnya. ”Bibit & Rustri tetap menempati urutan pertama, disusul Partai Bambang & Adnan,” kata dia.Meski Bibit & Rustri tetap menang, Arief menduga akan terjadi penurunan jumlah suara. Lalu, ke mana suara itu bergerak? ”(Sebagian) suara Bibit & Rustri akan lari ke partai lain, terutama partai-partai baru”. Alasannya, kinerja dan performan PDIP, (Bibit & Rustri) saat ini kurang baik. Paling tidak hal ini memengaruhi pilihan masyarakat terhadap partai tersebut.Dia menilai, perolehan suara PPP, PKB, dan PAN nampaknya tidak berbeda jauh dari Pemilu 2004. Di sisi lain, Bambang & Adnan memperoleh momentum untuk berkuasa. Dengan Golkar yang meraih suara kedua di Jateng memang golkar sempat mencapai titik nadir, tetapi sekarang mereka bangkit lagi,’ Prediksi-prediksi hanyalah prediksi, kecenderungan pemilih siapa yang tahu, apalagi sekarang ini pemilih sudah cerdas, kepada siapa mereka harus memilih , kini tidak lagi bisa dipengaruhi dengan mudah seperti dulu, sekarang mereka bisa menuntut, bisa menawar, Masryarakat sudah mulai dewasa, jadi bagaimana dengan kans Rustri? Kita tunggu saja. (Brs)

Pertempuran Seru Partai Pendukung Calon Gubernur Jateng

Mei 2, 2008 at 1:47 pm (Artikelku)
Belajar dari kekalahan di Jabar dan Sumut. Itu yang dilakukan parpol besar macam Golkar dan PDI-P. Mereka tak ingin keseleo lagi. Pilkada Jateng, 22 Juni, pun dihadapi dengan persiapan yang lebih matang.

Golkar dan PDI-P sama-sama mancanangkan target tinggi di Pilkada Jawa Tengah. Mereka membidik kemenangan untuk membuktikan kredibilitasnya sebagai parpol besar sekaligus menjaga komposisi kekuatan menuju Pemilu Pilpres 2009.
Bambang Sadono, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Tengah yang juga calon Gubernur Jateng 2008, yakin kekalahan di Pilgub Jawa Barat dan Sumatera Utara tidak terulang di Pilgub Jateng.
Bambang mengatakan, hasil pemilihan di Jabar dan Sumut menunjukkan bahwa rakyat memiliki logika sendiri dalam menentukan kepala daerah.
Selama dua tahun mempersiapkan diri maju ke arena Pilgub Jateng, Bambang berusaha melakukan pendekatan dengan logika yang ada di masyarakat, bukan berdasarkan teori seperti di Pilgub Jabar dan Sumut.
“Saya memahami (masalah) itu karenanya sering turun ke tengah kehidupan masyarakat dan mendengar aspirasi mereka,” kata Bambang. Di Pilkada Jateng nanti, ia menggandeng Ketua PWNU Jateng Muhammad Adnan.
Sebelumnya, memang muncul teori bahwa pejabat lama (incumbent) punyai peluang besar dibandingkan calon lain. Tapi, Pilkada Jabar menunjukkan fakta berbeda: pejabat lama dikalahkan pendatang baru.
Teori lain menyebutkan, hanya kandidat berkocek tebal yang bisa memenangi Pilgub. Nyatanya, duet Hade (Ahmad Heryawan-Dede Yusuf) yang hanya punya dana kampanye hanya ratusan juta rupiah, malah keluar sebagai pemenang.
Aksi turun ke bawah menjumpai langsung masyarakat dan terus menguatkan jaringan selama dua tahun ini, menurut Bambang, memberi makna positif bagi dirinya. Dan, itu terlihat dari hasil survei lembaga independen.
Hasil survei itu menunjukkan dirinya bukan saja menangguk popularitas paling tinggi dibandingkan calon dan tokoh lain, melainkan juga memperoleh dukungan paling tinggi di antara Cagub lainnya.
Ketua Umum Partai Golkar M Jusuf Kalla mengatakan, kekalahan Golkar di Pilgub Jabar dan Sumut memang harus dievaluasi seluruh kader partai berlambang pohon beringin ini. Apalagi, dua provinsi ini termasuk lumbung suara Golkar.
Karena itu, meski pasangan Bambang-Adnan hanya didukung satu partai dengan 17 kursi di DPRD Jateng, Bambang tetap yakin menang.
Selain Bambang-Adnan, pasangan lain yang maju adalah Bibit Waluyo-Rustriningsih (PDIP, 31 kursi DPRD Jateng), Agus Soeyitno-Kholiq Arief (PKB, 15 kursi), Muhammad Tamzil-Abdul Rozaq Rais (PPP-PAN, 20 kursi), dan Sukawi Sutarip-Sudharto (Partai Demokrat-PKS, 17 kursi).
Bagaimana PDI-P? Partai ini juga optimistis bisa memenangkan calonnya di Pilkada Jateng. Apalagi, Jateng dijadikan salah satu barometer PDI-P untuk memenangkan Pemilu Pilpres 2009.
Hal itu dikatakan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani di hadapan ribuan kader parpol berlambang banteng moncong putih itu dalam acara sosialisasi pemenangan pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih di Pilkada Jateng.
Puan mengatakan, partainya optimitis memenangkan Pilkada Jateng karena wilayah ini merupakan salah satu pundi-pundi suara PDI-P.
“Kami optimistis karena pada 2004 PDI-P juga memenangi Pemilu di Jateng dengan perolehan 31% suara. Kami berharap di Pilkada tahun ini mampu mendapatkan 30-40% suara,” kata Puan.
Lalu, bagaimana pula PKS yang sukses di Pilkada Jabar dan Sumut? Yang pasti, figur yang diusung PKS untuk Pilkada Jateng jauh berbeda dibandingkan jago mereka di Pilkada Jabar.
“PKS bisa saja sukses mengantarkan jagonya di Pilgub Jabar dan Sumut. Tapi, untuk Pilkada Jateng, calon yang ditawarkan punya pencitraan kurang baik,” kata analis politik Undip Semarang Dr Adi Nugroho.
Partai Demokrat bersama PKS, yang masing-masing punya 10 kursi dan tujuh kursi di DPRD Jateng, mengusung Sukawi Sutarip-Sudharto. Sukawi adalah Walikota Semarang dan Ketua Partai Demokrat Jateng. Sudharto adalah anggota DPD dan Ketua PGRI Jateng.
Sukawi belakangan sering muncul di media massa dengan pencitraan negatif karena diduga terlibat korupsi. Sosok Sudharto juga tidak bakal mampu mendulang suara secara masif seperti Dede Yusuf yang popularitasnya melampaui berbagai sekat.
Pencalonan Sukawi memang bukan tanpa protes di internal PKS, termasuk organisasi sayap Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Semarang yang getol mempersoalkan kredibilitas Sukawi. [Habis/I3]
diadaptasi dari http://www.inilah.com/berita.php?id=24212

Menjadi Orang Sukses

Menjadi Jutawan